Senin, 31 Agustus 2009

Daun Leppo-leppo, Mulai Naik Daun

MEMANG perlu perhatian yang serius, atas berbagai tumbuhan yang kita miliki, terutama yang sifatnya tumbuhan musiman atau tahunan. Ya, namanya juga tumbuhan musiman, kita ketemunya hanya pada musim tertentu, atau, itu tuh, hanya tumbuh sekali tahapan dalam satu tahun. Jadi, berumur pendek, dan juga selalu berpohon pendek...



Salah satu yang sekarang ingin kita lihat adalah bua leppo-leppo, atau dikenal juga dengan nama ciplukan. Pohonnya pendek, berbatang basah, dan tumbuh di lokasi-lokasi yang lembab serta sedikit ternaungi. Tumbuhan ini, dalam tradisi Bugis, ratusan tahun yang lalu, dikenal sebagai tumbuhan obat, karena konon mengandung senyawa tertentu yang punya khasiat menyembuhkan.



Seperti juga banyak kebiasaan, itu lho, istilah kerennya "trend" - terutama yang diproklamirkan oleh orang-orang moderen, tentang "back to nature" - nah, setiap tumbuhan tiba-tiba cenderung menjadi tanaman obat. Orang-orang jadi rajin minum ramuan, minum daun ini, daun itu, daun sana, daun sini... semua daun, kecuali daun jendela dan daun telinga yang tidak diminum (padahal ada tanaman yang namanya "kuping gajah" lho!)

Timbullah perseteruan antara obat kimia dengan obat alami, lalu alam tiba-tiba diserbu dan apa saja dianggap memiliki nilai sebagai tumbuhan obat (kalo ngga salah: disebut bernilai fitofarmakologis!)



Tentu saja, menurut ortu saya, konsep "back to nature" itu cuma untuk orang barat, yang memang pernah menafikan alam. Tapi kita, orang timur, terutama orang Bugis, emangnya pernah ke mana-mana, emangnya pernah "pergi jauh meninggalkan alam" sehingga terpaksa harus "back" lagi? Betul, orang Bugis tidak pernah meninggalkan alam, melainkan lebur bersama alam sebagai bagian dari semesta hayati. Jadi, ketika orang Bugis meminum ramuan bua leppo-leppo, itu bukan sesuatu yang dibuat-buat, bukan trend, tapi memang begitulah adanya sejak berabad-abad lalu.


Nah, sekarang, hampir setiap hari, daun ini dicari di mana-mana, dan kita jadi heran, ada beberapa tetangga mulai menanamnya secara khusus di pekarangan rumahnya (umumnya ditaruh di pot). Tidak terlalu berhasil memang, tapi itu ide yang patut didukung. Soalnya, menurut ibu RT yang menanam bua leppo-leppo ini, tumbuhan ini banyak yang cari, takut tumbuhan ini menghilang kalo hanya ngambilnya di alam melulu, jadi sebaiknya harus segera dikembangbiakkan... dan sekarang si ibu malah mulai menjual daun-daunnya per lembar. Ini dia, ibu RT yang pintar... he, he, he!

Soal penyakit apa yang dapat disembuhkan dengan memanfaatkan daun leppo-leppo ini, menurut si ibu RT, itu banyak sekali... tak tahu apa, tapi tampaknya, bua leppo-leppo, yang dikenal dengan nama selebritis
Physalus angulata (Solanaceae) ini semakin naik daun. (anaye ais)
Notes: for Buginese Fauna please see Daily Green Notes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar