Selasa, 25 Agustus 2009

Apa Manfaat Bilajeng?

POHON ini pasti teman-teman kurang kenal, soalnya memang sangat tidak umum, sejauh ini dapat dikatakan tidak tumbuh di dalam kota. Tapi, ketika kita bersentuhan dengan sungai, sepanjang sungainya normal-normal saja, pasti so tumbuhan ini ada di situ. Di Hutan Jompie, masih dapat ditemukan jenis tumbuhan ini, sedang berbuah... wah, menarik!


Orang bugis biasa menyebutnya bilajeng, buajeng, atau bua bajeng, dan menurut ortu saya (lagi-lagi nih), dulu, setiap kali memasuki saman paceklik, ya buah bilajeng ini terpaksa jadi sasaran penduduk di kampung-kampung untuk dijadikan pengganti beras, atau paling tidak sebagai penyeling (
pappule') ... itu tuh, nyampurin beras dengan bahan lain biar jadi banyak...!

Pohon ini, sejauh ini kurang diketahui manfaatnya, sebab kayunya juga kelihatannya tidak cocok jadi bahan bangunan, bengkok-bengkok, benggol-benggol, bendok-bendok..., daunnya nggak mungkin jadi bahan pakan ternak, buahnya juga nggak mungkin jadi buah meja... rasanya hambar, kayak kalo kita nggigitin gabus... jadi tidak cocok buat nyuguhin tamu sebagai welcome fruits, atau buat nyuci mulut yang seneng ngossip ... he, he, he!

Akan tetapi, ini dia, tampilan pohon ini sangat gagah dan keren, karena tajuknya lebar dan rimbun, batangnya yang keronyong itu kan jadi tampak artistik, dan kalo berbuah wah, lidah bisa berdecak, dan malah orang bisa ngiler kayak ketirisan liur (malah jangan-jangan ada yang berniat nyolong buah ini kalo malam...!). Jadi, perlu dipikirkan, agar bilajeng (
Ficus sp., Moraceae) ini dapat dimanfaatkan secara prima di luar kegunaannya sebagai tumbuhan penyusun hutan. Paling tidak ya, diperkenalkan sebagai tanaman peneduh di taman-taman dalam kota. (anaye ais)
Notes: for Buginese Fauna please see Daily Green Notes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar