Rabu, 26 Agustus 2009

Aren, Serbaguna Tapi Terabaikan

SAAT ini kan bulan puasa, dan salah satu penghapus dahaga pada saat buka puasa, misalnya adalah es kolang-kaling... hemm, dingin, renyah dan sip! Apalagi, kalau diminum bersamaan dengan tuak manis, wah... bisa kelupaan segala-gala. Ini akan sempurna, jika minuman ini disertai dengan kue "dange" yang dibuat dari sagu alias tawaro, yang pakai golla cella, pasti akan menggelegar dalam mulut... he, he, he!

Ketika kita bicara hal ini, apa yang teringat oleh kita adalah bahan-bahan untuk minuman itu, kue itu, dan bahan lainnya itu, adalah hal-hal yang berbeda, yang sumbernya berasal dari macam-macam atau berasal dari mana-mana. Nah, kita lupa, kalo kolang-kaling, tuak manis, sagu atau
tawaro, gula merah alias golla cella, sebenarnya hanya berasal dari satu tumbuhan saja, yaitu pohon aren atau enau, yang tumbuh di berbagai tempat. Jadi tumbuhan ini serbaguna, tapi tidak populer alias terabaikan...

Aren, adalah jenis tumbuhan palem, sekeluarga dengan pinang, kelapa, lontar dan lain-lain, yang di Indonesia jumlahnya mencapai ratusan jenis. Aren, dalam bahasa Bugis dikenal sebagai pohon
inru atau kanau, merupakan tumbuhan yang serba-manfaat. Batangnya menghasilkan sagu (tawaro), menghasilan ijuk untuk sapu dan tali, pelepahnya untuk rusuk dinding rumah-rumah di kampung, daunnya untuk atap dan kulit ketupat, untuk janur di pengantin, lidinya buat sapu, buahnya jadi kolang-kaling, bunganya disadap untuk tuak manis (dan terakhir jadi ballo' ), dan dijadikan gula merah (semua gula merah yang dijual di semua pasar di Parepare, pasti so dari pohon aren ini). Jadi, apa yang tertinggal "untuk sebuah nama"... kayak lagu lama Ebiet G. Ade aja...

Pohon ini masih dapat ditemukan tumbuh alami di Parepare, atau di mana saja, tetapi sama sekali belum ada yang menjadikannya tanaman perkebunan. Jadi, semua produksi hanya dikuras dari aren yang tumbuh di hutan-hutan, yang berkembang-biak sendiri, membesar sendiri, berbunga dan berbuah sendiri, lalu bijinya jatuh dan tumbuh sendiri... kecuali ketika mati, ternyata tidak mati sendiri... tapi ditebang oleh manusia!

Nah, begitulah tumbuhan aren (kerennya:
Arenga pinnata, Arecaceae), yang serbaguna tapi juga serba-terlupakan... hanya dikenal ketika kita menikmati apa yang dihasilkannya, dan tak pernah terlintas di pikiran kita tentang bagaimana melestarikan tumbuhan ini... agar manfaatnya dapat juga dinikmati oleh generasi penerus secara terus menerus. (anaye ais)

Notes: for Buginese Fauna please see Daily Green Notes

1 komentar: